Tuesday, December 8, 2020

 

HJ. Nibras Oedin Rahmani Salim

19 Juni 1931 – 10 Desember 2017

Perintis Madrasah Istiqlal Jakarta

Nibras Oedin Rahmani Salim atau yang sering disapa dengan Ibu Nibras, merupakan penggagas berdirinya Madrasah Istiqlal Jakarta. Ayahnya “Oedin Rahmani” adalah seorang pejuang dari tanah Maninjau. Nibras kecil selalu dibekali dengan pendidikan agama Islam oleh sang ayah. Akan tetapi di usia nya masih balita ia harus berpisah dengan sang Ayah yang saat itu berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia ditangkap dan dibuang ke pengasingan Boven Digul Papua. Sebelum berpisah, ayah Nibras berpesan “Semua kehidupan ini sudah tertulis di dalam Al-Qur'an, baca, pahami dan jalankan maka kamu akan menjadi wanita hebat”. Setelah berpisah dari sang ayah, wanita yang lahir di Maninjau pada tgl 19 Juni 1931 ini dititip sang ibu “Jasmine” untuk diasuh oleh nenek. Pendidikan dasarnya dimulai di sebuah Sekolah Rakyat (SR) 1940 dan 1943 di De Meisjes Vervolg School. Tamat dari dua sekolah tersebut Ibu Nibras melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Islam (SMI). Dan di tahun 1955 Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) menjadi pilihan Ibu Nibras untuk melengkapi pendidikan formalnya. Selain menempuh pendidikan formal, Ibu Nibras juga aktif di berbagai pelatihan pendidikan dan dakwah. Lahir dari keluarga seorang pejuang, membuat darah pejuang mengalir di tubuhnya. Perjuangan sang ayah ia teruskan melalui jalur pendidikan, tepatnya mengajar di sebuah SMP di Purworejo – Jawa Tengah pada tahun 1955. Tahun 1958 ia melanjutkan pengabdiannya di SGTK Semarang. Dan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun sejak 1959 – 1960 Nibras mengajar di SGASemarang. Tahun demi tahun berjalan tidak membuat Nibras bosan dengan pengabdian ajarnya, ia hijrah ke Jakarta. Di ibukota, ia pertama kali mengajar di PGAJakarta. Lalu dilanjutkan di SMA6 Jakarta, SKKAJakarta, dan SMA24 Jakarta. Di saat pengabdiannya di dunia pendidikan remaja, di sinilah permulaan sebuah kejadian yang menghentak hatinya. Suatu hari saat ia mengajar ada seorang siswa yang tidak hafal 2 (dua) kalimat syahadat, lalu Ibu Nibras menangis dan merasa bingung kenapa hal ini terjadi dan mulai dari mana harus diperbaiki. Hingga pada akhirnya ia berkata “saya harus memulai dari anak usia dini”. Pendidikan Anak Usia Dini sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi Ibu Nibras, pada tahun 1956 saat dirinya masih mengajar di sekolah menengah atas di Purworejo, ia juga sekaligus mendirikan TK Islam Batik di tempat yang sama. Tidak hanya itu, Ibu Nibras mencari ilmu ke benua biru, ia berangkat ke Talahasse Florida untuk mengikuti pelatihan mengenai pendidikan anak usia dini di Creative Preschool. Ilmu dan pengalaman berharganya lah yang menjadi bekal baginya untuk merintis dan mengembangkan sekolahsekolah Islam khususnya untuk anak usia dini termasuk Madrasah Istiqlal. Berikut ini TK – TK Islam yang berhasil ia rintis setelah banting stir dari pendidikan remaja ke pendidikan anak usia dini: TK Islam Yakpi Jakarta tahun 1964, TK Islam Cut Mutia tahun 1972, TK/SD Ar-Rahman Motik tahun 1984, sekolah Al-Falah Cibubur tahun 1996, TK Islam Rasuna Said Maninjau tahun 1997, TK Islam Istiqlal & TK Islam Sabilina di tahun 1999, dll.

Di tengah kesibukannya mengajar Ibu Nibras juga aktif di dalam organisasi. Pada tahun 1983 ia menjabat sebagai ketua Bina Mental Kowani, tahun 1979-1990 Ketua Umum Badan Koordinasi Taman Kanak-Kanak Islam DKI Jakarta, tahun 1990-1995 Ketua Umum Badan Pembina Taman Kanak-kanak Islam Jabodetabek. Ketua V Pengurus Dewan Masjid Indonesia DKI Jakarta. Dan beliau selalu berkata “belajar yang paling tepat adalah bagaimana kalian bisa menempatkan diri di masyarakat dengan baik. Prestasi yang baik akan diikuti dengan prestise yang memadai. Allah tidak akan pernah tidur, apa yang kalian kerjakan hari ini pasti akan mendapat balasannya”. Selain itu, media tulisan menjadi pilihan Ibu Nibras untuk menuangkan ide dan gagasan. Seiring dengan ketertarikannya di bidang pendidikan, buku-buku yang ia tulis segmentasinya lebih kepada pendidikan anak usia dini di antaranya Pendidikan Doa Untuk Balita, Pendidikan Puasa Untuk Balita, Pendidikan Cinta Masjid Untuk Balita, Panduan Mengenal Sifat Allah Untuk Balita, dan lain-lain. Tidak hanya buku, karyanya juga terdapat dalam bentuk syair lagu Islami untuk balita yang sudah ditulis sebanyak 50 lagu dan permainan edukasi bernuansa imtaq. Perjuangan tanpa mengenal lelah mengantarkan Ibu Nibras meraih beberapa penghargaan dan juga kepercayaan beberapa instansi pemerintahan, di antaranya dipercaya untuk bergabung dalam tim penyusunan kurikulum RA di Departemen Agama pada tahun 1980. Penghargaan yang berhasil beliau raih adalah Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya tingkat III dari Presiden RI, Penghargaan Management Indonesia, Anugerah Tut Wuri Handayani di tahun 1997 dan termasuk dalam 200 Profil Aktivis dan Tokoh Masyarakat Minang yang dibukukan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI 1995. Penghargaan terakhir beliau dapatkan dari Sahabat Kartini sebagai salah satu Perempuan Hebat pada tahun 2015. Wafat di usia 85 tahun Ibu Nibras OR Salim dikenal bukan hanya sebagai sosok “pencetus TK Islam”, akan tetapi ia juga merupakan “Praktisi” Pendidikan Anak Usia Dini yang Penuh Kreasi dan Dedikasi. Sekalipun secara biologis beliau dan suaminya belum dikarunia seorang anak, Allah SWT menganugerahinya seluruh anak-anak di Indonesia sebagai anak historisnya. Genap 1 (satu) tahun wanita yang dijuluki “Mercusuar Pendidikan dari Ranah Minang” ini meninggalkan bumi dan menuju keharibaan Allah Al-Hayyu, semoga segala hal positif yang beliau wariskan dapat menjadi amalan jariahnya di hari akhir, amin . *(Amel)

No comments:

Post a Comment