HJ. Nibras
Oedin Rahmani Salim
19 Juni 1931 –
10 Desember 2017
Perintis Madrasah Istiqlal Jakarta
Nibras Oedin Rahmani Salim atau yang
sering disapa dengan Ibu Nibras, merupakan penggagas berdirinya Madrasah
Istiqlal Jakarta. Ayahnya “Oedin Rahmani” adalah seorang pejuang dari tanah
Maninjau. Nibras kecil selalu dibekali dengan pendidikan agama Islam oleh sang
ayah. Akan tetapi di usia nya masih balita ia harus berpisah dengan sang Ayah
yang saat itu berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia ditangkap dan dibuang
ke pengasingan Boven Digul Papua. Sebelum berpisah, ayah Nibras berpesan “Semua
kehidupan ini sudah tertulis di dalam Al-Qur'an, baca, pahami dan jalankan maka
kamu akan menjadi wanita hebat”. Setelah berpisah dari sang ayah, wanita yang
lahir di Maninjau pada tgl 19 Juni 1931 ini dititip sang ibu “Jasmine” untuk
diasuh oleh nenek. Pendidikan dasarnya dimulai di sebuah Sekolah Rakyat (SR)
1940 dan 1943 di De Meisjes Vervolg School. Tamat dari dua sekolah tersebut Ibu
Nibras melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Islam
(SMI). Dan di tahun 1955 Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) menjadi pilihan Ibu
Nibras untuk melengkapi pendidikan formalnya. Selain menempuh pendidikan formal,
Ibu Nibras juga aktif di berbagai pelatihan pendidikan dan dakwah. Lahir dari
keluarga seorang pejuang, membuat darah pejuang mengalir di tubuhnya.
Perjuangan sang ayah ia teruskan melalui jalur pendidikan, tepatnya mengajar di
sebuah SMP di Purworejo – Jawa Tengah pada tahun 1955. Tahun 1958 ia
melanjutkan pengabdiannya di SGTK Semarang. Dan dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun sejak 1959 – 1960 Nibras mengajar di SGASemarang. Tahun demi tahun
berjalan tidak membuat Nibras bosan dengan pengabdian ajarnya, ia hijrah ke
Jakarta. Di ibukota, ia pertama kali mengajar di PGAJakarta. Lalu dilanjutkan
di SMA6 Jakarta, SKKAJakarta, dan SMA24 Jakarta. Di saat pengabdiannya di dunia
pendidikan remaja, di sinilah permulaan sebuah kejadian yang menghentak
hatinya. Suatu hari saat ia mengajar ada seorang siswa yang tidak hafal 2 (dua)
kalimat syahadat, lalu Ibu Nibras menangis dan merasa bingung kenapa hal ini
terjadi dan mulai dari mana harus diperbaiki. Hingga pada akhirnya ia berkata
“saya harus memulai dari anak usia dini”. Pendidikan Anak Usia Dini sebenarnya
sudah tidak asing lagi bagi Ibu Nibras, pada tahun 1956 saat dirinya masih
mengajar di sekolah menengah atas di Purworejo, ia juga sekaligus mendirikan TK
Islam Batik di tempat yang sama. Tidak hanya itu, Ibu Nibras mencari ilmu ke
benua biru, ia berangkat ke Talahasse Florida untuk mengikuti pelatihan
mengenai pendidikan anak usia dini di Creative Preschool. Ilmu dan pengalaman
berharganya lah yang menjadi bekal baginya untuk merintis dan mengembangkan
sekolahsekolah Islam khususnya untuk anak usia dini termasuk Madrasah Istiqlal.
Berikut ini TK – TK Islam yang berhasil ia rintis setelah banting stir dari
pendidikan remaja ke pendidikan anak usia dini: TK Islam Yakpi Jakarta tahun
1964, TK Islam Cut Mutia tahun 1972, TK/SD Ar-Rahman Motik tahun 1984, sekolah
Al-Falah Cibubur tahun 1996, TK Islam Rasuna Said Maninjau tahun 1997, TK Islam
Istiqlal & TK Islam Sabilina di tahun 1999, dll.
Di tengah kesibukannya mengajar Ibu
Nibras juga aktif di dalam organisasi. Pada tahun 1983 ia menjabat sebagai
ketua Bina Mental Kowani, tahun 1979-1990 Ketua Umum Badan Koordinasi Taman
Kanak-Kanak Islam DKI Jakarta, tahun 1990-1995 Ketua Umum Badan Pembina Taman
Kanak-kanak Islam Jabodetabek. Ketua V Pengurus Dewan Masjid Indonesia DKI
Jakarta. Dan beliau selalu berkata “belajar yang paling tepat adalah bagaimana
kalian bisa menempatkan diri di masyarakat dengan baik. Prestasi yang baik akan
diikuti dengan prestise yang memadai. Allah tidak akan pernah tidur, apa yang
kalian kerjakan hari ini pasti akan mendapat balasannya”. Selain itu, media
tulisan menjadi pilihan Ibu Nibras untuk menuangkan ide dan gagasan. Seiring
dengan ketertarikannya di bidang pendidikan, buku-buku yang ia tulis
segmentasinya lebih kepada pendidikan anak usia dini di antaranya Pendidikan
Doa Untuk Balita, Pendidikan Puasa Untuk Balita, Pendidikan Cinta Masjid Untuk
Balita, Panduan Mengenal Sifat Allah Untuk Balita, dan lain-lain. Tidak hanya
buku, karyanya juga terdapat dalam bentuk syair lagu Islami untuk balita yang
sudah ditulis sebanyak 50 lagu dan permainan edukasi bernuansa imtaq.
Perjuangan tanpa mengenal lelah mengantarkan Ibu Nibras meraih beberapa
penghargaan dan juga kepercayaan beberapa instansi pemerintahan, di antaranya
dipercaya untuk bergabung dalam tim penyusunan kurikulum RA di Departemen Agama
pada tahun 1980. Penghargaan yang berhasil beliau raih adalah Tanda Kehormatan
Satya Lencana Karya Satya tingkat III dari Presiden RI, Penghargaan Management
Indonesia, Anugerah Tut Wuri Handayani di tahun 1997 dan termasuk dalam 200
Profil Aktivis dan Tokoh Masyarakat Minang yang dibukukan dalam rangka
memperingati HUT Kemerdekaan RI 1995. Penghargaan terakhir beliau dapatkan dari
Sahabat Kartini sebagai salah satu Perempuan Hebat pada tahun 2015. Wafat di
usia 85 tahun Ibu Nibras OR Salim dikenal bukan hanya sebagai sosok “pencetus
TK Islam”, akan tetapi ia juga merupakan “Praktisi” Pendidikan Anak Usia Dini
yang Penuh Kreasi dan Dedikasi. Sekalipun secara biologis beliau dan suaminya
belum dikarunia seorang anak, Allah SWT menganugerahinya seluruh anak-anak di
Indonesia sebagai anak historisnya. Genap 1 (satu) tahun wanita yang dijuluki
“Mercusuar Pendidikan dari Ranah Minang” ini meninggalkan bumi dan menuju
keharibaan Allah Al-Hayyu, semoga segala hal positif yang beliau wariskan dapat
menjadi amalan jariahnya di hari akhir, amin . *(Amel)